Kampung yang terletak di bantaran sungai brantas ini, dari atas jembatan sudah terlihat indahnya. Walau gak masuk kampung, kalian juga bisa selfie.
Kampung Warna dilihat dari jembatan |
Disini tiap harinya ramai dikunjungi turis-turis lokal maupun manca negara.
Asal-Usul KWJ
Dulunya kampung KWJ tak sebatas hanya kampung kumuh yang ada di bantaran sungai brantas. Sampah masih berserakan di daerah ini. Terutama di dekat sungai.
Para pengendarapun jarang yang melirik mereka. Kalau adapun pastinya dengan tatapan kosong. Beberapa juga hanya melirik ketika kereta api lewat saja.
Namun berkat gerakan sekelompok mahasiswa UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) yang tergerak hatinya dengan mengubah "si buruk rupa" menjadi primadonanya Malang sekarang.
Hal ini termotivasi ketika mereka mempunyai ide sebuah kampung yang letaknya strategis disulap menjadi berwarna seperti sebuah kota di Rio de Janiero, Brazil.
Membangun KWJ membutuhkan beberapa bala bantuan, terutama pada cat yang akan digunakan. Untung saja ada pihak decofresh yang mau mensupportnya. Perusahaan ini menghabiskan 3 ton cat dengan 15 warna berbeda untuk 90 rumah warga.
Dibantu dengan para seniman-seniman lukis malang, bahkan pasukan TNI AL pun ikut terlibat dalam pengecatan bangunan-bangunan tinggi. Sebagian warga ada yang ikut membantu, ada juga yang hanya memberi mereka konsumsi sebagai tanda terima kasih.
Mereka awalnya tidak tahu bahwa rencananya akan sesukses ini. Dengan proses perencanaan yang matang dan tidak mudah untuk merealisasikannya. KWJ menjadi populer membawa kebanggaan tersendiri bagi penciptanya.
Memang kreatifitas perlu untuk mengubah sebuah bentuk yang tidak bernilai menjadi bentuk bernilai tinggi di masyarakat. Manfaat yang disini sangat banyak.
Dengan dibangunnya wisata KWJ. Warga menjadi mempunyai kesadaran akan kebersihan lingkungan. Mereka lebih mengerti estetika seni dan lebih produktif untuk membangun wirausaha.
Persiapan
Sebelum berangkat alangkah baiknya jika kamu mempersiapkan segala sesuatunya untuk dibawa. Diantaranya dompet, kamera, dan hp.
Jangan terlalu bawa uang banyak karena wisata KWJ ini hanya membutuhkan sedikit dari uang sakumu. Bawa kamera apapun juga tidak dilarang dan denda, beda banget sama tempat wisata Coban Rais.
Pastikan handphone kamu dalam keadaan full. Untuk selfie sepuasnya di Kampung Warna Jodipan.
Lokasi
KWJ terletak di bagian tengah kota Malang. Jika kamu pernah naik kereta api Malang dan turun di Stasiun Kota Baru. Pastilah pernah melihat area KWJ dibawah jembatan sebelum tiba di stasiun.
Kampung yang dulunya bernama Kampung Juanda ini terletak di Gang I, Jodipan, Kecamatan Belimbing. Malang. Untuk lebih tepatnya bisa lihat peta masa kini di bawah:
Kendaraan
Dari Stasiun Kota Baru Malang:
1. Jalan Kaki
Jarak antara Stasiun dan Kampung Warna Jodipan sangatlah dekat kira-kira cuma 700 meter. Mungkin hanya 10-15 menit saja untuk sampai ke lokasi. Bayar gratis karena pakai tenaga sendiri. Bisa ngecilin perut sambil jalan-jalan. Hehe
2. Naik Ojek atau Becak.
Di depan stasiun biasanya banyak yang menawarkan becak ataupun ojek. Harga tergantung masing-masing orangnya. Perkiraan harganya 10ribuan.
3. Naik angkutan umum. (Angkot / Bemo)
Lebih murah lagi naik angkot / bemo kalau kata orang surabaya. Naiklah angkot yang ada tulisannya AL atau ADL dari stasiun. Harganya cuma 4000 rupiah per orang. Duduklah 1 menit, lalu bilang ke pak supirnya mau turun di KWJ. Bentar saja setelah naik, sudah turun lagi. Soalnya dekat banget.
4. Sepeda motor / Mobil.
Mungkin cuma menghabiskan waktu 2 menit saja, langsung bisa memarkirkan kendaraan anda di area luar KWJ.
5. Taksi
Hanya dengan ongkos minimal 30000 kamu bisa langsung tiba di gerbang tujuan.
Dari Terminal Arjosari:
1. Sepeda motor / Mobil.
Hanya menghabiskan waktu 20 menit saja jika lalu lintas normal ke kampung wisata Jodipan. Bisa 25-30 menit jika lalu lintas macet menurut perhitungan Google Map.
2. Naik Angkutan Umum
Pilihan dari terminal arjosari banyak sekali. Kamu bisa naik ABG, ABH, AJG, AJH, AMG, AMH, ADL atau AL. Langsung bisa sampai di tujuan dengan selamat. Harga 4000 per orang.
Dari Terminal Gadang:
1. Sepeda motor / Mobil.
Butuh waktu 10 menit saja jika lalu lintas normal ke kampung wisata Jodipan. Bisa sampai 15 menit jika lalu lintas macet menurut perhitungan Google Map.
2. Naik Angkutan Umum
Pilihan dari terminal Gadang ada 3. Kamu bisa naik ABG, AJG, AMG. Yang paling cepet bisa pakai ABG biar gak muter-muter dulu. Langsung bisa sampai di tujuan tanpa kesasar. Harganya juga sama, jauh dekat 4000 rupiah per orang.
Dari Terminal Landung Sari:
1. Sepeda motor / Mobil.
Membutuhkan waktu 24 menit saja jika lalu lintas normal ke tujuan wisata. Bisa molor sedikit jika lalu lintas macet menurut perhitungan Google Map.
2. Naik Angkutan Umum
Dari terminal Landung ada 1 angkot yaitu AL. Harganya sama, jauh dekat 4000 rupiah per orang.
Parkir
Motor: 2000 rupiah
Mobil: 5000 rupiah
Bis Wisata: 15-20 ribu rupiah
Jam Buka dan Harga
Kampung warna dibuka untuk umum jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Sebenarnya yang namanya kampung selalu buka terus. Gak ada kata tutup, apalagi disini gak ada gerbang yang digembok cuma seperti gang gitu.
Kampung warna ini beda dengan wisata lain yang ada loketnya. Jadi jangan bayangin ada petugas yang cantik-cantik menariki uangmu untuk masuk.
Untuk masuk disini biasanya ada 1 atau beberapa orang yang memberimu sebuah stiker KWJ. Paling sering yang narik itu ibu-ibu rumah tangga. Harganya murah sekali cuma 2000 rupiah. Biaya ini akan digunakan sebagai donasi untuk merawat kampung.
Fasilitas dan Keadaan
Melangkahkan kaki masuk ke kampung, rasanya beda banget sama kampung biasa. Tangga yang buat turun aja ada warnanya, dihiasi gambar, dan pernak-pernik batu.
Dua langkah turun, saya sempat berhenti karena tertuju pada tembok-tembok mural yang bergambar. Ada dinosaurus yang lagi marah dan ingin mengejar kita, dan lain-lain. Yang paling lucu menurutku gambar sumo. Jadi aku abadikan dengan kamera HP.
Disini ada keajaiban, entah kenapa Hpku yang tadinya mati jadi hidup lagi. Jadi lega bisa foto sepuasnya disini. Hihi.
Jalanan di kampung ini sempit, kadang ada jalan yang hanya bisa dilalui 1 orang dan kebanyakan adanya tangga. Baiknya kamu kesini pakai sepatu yang enak dipakai supaya gak capek.
Dan lagi, alangkah baiknya kita mempunyai sikap sopan santun ketika datang kesini.
Minimal tidak berisik atau berteriak ketika di kampung orang, apalagi di dalam rumah warganya ada orang. Sapa tau orang rumah lagi tidur, atau sakitkan kita tidak tahu.
Jika ada salah satu penduduk yang lagi duduk-duduk diluar, hendaknya kita mengucapkan permisi pada mereka.
Semakin kita ke bawah, kita akan menemukan sesuatu yang baru. Ada aneka payung warna-warni berbentuk kepala kucing yang siap untuk meneduhkan wajahmu dari sinar matahari. So sweet banget guys.
Ada gambar jerapa juga yang seolah-olah mucul dari jendela. Di sebelah lagi ada burung hantu. Ada juga singo edan berambut warna warni, simbolnya arek Malang.
Eits hati-hati ada kadal raksasa yang mau menjilatimu teman-teman.
Ketika kalian haus atau lapar, silahkan tengok kanan-kiri. Warga disana juga banyak yang jualan makanan maupun minuman dengan harga yang murah.
Di atas jalan setapak, beberapa hiasan lampion berwarna-warni dari kertas juga sudah siap untuk mempercantik jalan-jalanmu.
Tembok bergradasi warna serta tembok hitam putih batu sering ditemukan disini. Pas banget buat background foto bareng. Serasa ada di tempat yang berbeda. Keren pokoknya.
Mau dapat tempat paling bagus, harus turun jalan menuruni tangga terakhir hingga kita menemukan sebuah aliran sungai brantas.
Dari sini kita bisa melihat berbagai macam pemandangan indah hanya dengan duduk-duduk di kursi berpayung. Sekaligus istirahat sebentar sambil melepas lelah setelah berkelililing cari spot foto bagus.
Di seberang sungai ada kampung warna juga yang namanya kampung Tridi. Disini gambar-gambar muralnya lebih banyak. Sayangnya kami belum bisa kesana karena kendala waktu.
Setelah melepas lelah, kami lanjut berfoto dengan latar belakang jembatan warna. Cantik banget. Ada rerumputan hijau segar dan kelilingi warna nan cantik.
Sempat agak risih karena rumputnya masih banyak sampah. Mungkin para pengunjung disini atau warganya yang buang sampah sembarangan. Harusnya ada plang larangan buang sampah. Biar mereka lebih disiplin lagi.
Jadi fotonya gak sepenuhnya Perfect.
Sebelum kami pulang, tempat yang dituju adalah toilet dan musholla. Toilet disini cukup unik karena bentuknya sumur. jadi harus nimba dulu kalau mau ambil air.
Kemudian kami kembali ke atas, jepret-jepret dulu di atas jembatan dan go home. Recomended banget buat wisata backpacker, murah meriah, cantik dan memorable.
No comments:
Post a Comment